Jejak Peradaban Megalitikum Ditemukan di Desaku, Desa Bleboh Kec Jiken ,Blora Paling Utuh yang Ada di Indonesia


Berita Utama dari Suara Merdeka.com
22 September 2010


SM/Rosidi UKUR MAKAM: Petugas DKPPOR Blora mengukur makam batu peninggalan peradaban megalitikum di Blora, kemarin. (46)

KABUPATEN Blora, ternyata menyimpan jejak peradaban masa lalu yang luar biasa. Setelah ditemukan fosil-fosil bersejarah dengan nilai yang tinggi, belum lama ini juga ditemukan jejak peradaban megalitikum (batu besar). Peradaban itu berupa sembilan makam dari batu di Gunung Plontang(gunung pontang nek jare bapaku mbiyen), Pegunungan Kendeng Utara, tepatnya di Petak 5023KRPH Bleboh, BKHP Nanas, KPH Cepu.

Di titik pertama di ketinggian kurang lebih 350 meter dari permukaan laut (dpl) itu, ada enam makam, satu di antaranya masih utuh. Sedang di tempat lain, ditemukan lagi tiga makam, di antaranya ada yang masih lengkap, berikut dengan tutup makam.

”Saya memperkirakan ini adalah kompleks, sehingga kemungkinan ada makam-makam lain yang ada di sekitar sini,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DKPPOR) Pudiyatmo, kemarin.

Makam batu besar yang ditemukan itu, tidak sebagaimana lazimnya makam pada zaman sekarang, khususnya makam Islam dengan posisi kepala di utara dan menghadap kiblat. Melainkan dengan meletakkan kepala ke arah timur dan kaki ke arah barat.

Menurut Bagyo Prasetyo, proses pemakaman seperti itu menganut Konsepsi Chtonis, yang berpendapat, timur merupakan arah matahari terbit sehingga bisa diartikan sebagai awal kehidupan. Sedangkan barat merupakan arah tenggelamnya matahari, yang dimaknai dengan akhir dari kehidupan.

Penemuan itu berawal dari keinginan para aktivis Blora Pride Foundation (BPF) yang meminta kepada Bidang Kebudayaan DKPPOR agar melacak keberadaan peradaban megalitikum di daerahnya. ”Awalnya teman-teman dari BPF yang meyakinkan kami untuk mencari keberadaan jejak peradaban megalitikum di Blora. Setelah kita telusuri bersama, akhirnya berhasil kami temukan,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan DKPPOR Blora Suntoyo.
Cagar Budaya

Perjalanan menuju tempat penemuan tersebut, tidak mudah. Berjarak sekitar 27 kilometer dari pusat kota, melewati Perempatan Cabak di wilayah KPH Cepu. Jalanan di tengah hutan jati itu, banyak yang berlubang. Bahkan tak sedikit di antara lubang-lubang jalanan itu dipenuhi kubangan air.

Sekitar dua kilometer dari tempat penemuan makam batu besar, tepatnya di kubur kalang, harus menempuh jalan kaki melewati jalan setapak. Kemudian melalui semak-semak penuh kerikil dan medan yang sangat berat. Bisa juga dilewati dengan kendaraan bermotor roda dua, namun harus ekstrahati-hati.

Perjalanan dengan kendaraan bermotor roda dua itu pun, tidak bisa sampai di tempat tujuan. Masih membutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit dengan jalan kaki melewati semak belukar. ”Ini adalah penemuan yang sangat berharga, terutama untuk kajian-kajian arkeologi,” ujar Pudiyatmo kepada Suara Merdeka, setelah beberapa saat mengamati penemuan makam batu di puncak Gunung Pontang tersebut.

Sayang, makam batu dengan lebar satu meter dan panjang 2,5 meter, dan beberapa di antaranya lebih kecil sedikit dari ukuran itu, banyak yang sudah tidak utuh. Menurut penuturan Kamituwo Desa Bleboh, Kecamatan Jiken, Ngetmiyanto, hal itu akibat diambil orang-orang yang tidak mengetahui kalau itu adalah peninggalan bersejarah.

”Saya mendengar ada salah seorang warga yang mengambil lempengan batu besar dari makam ini untuk dijadikan tempat shalat. Kalau memang harus diminta karena ini peninggalan bersejarah, saya akan mencoba memintanya baik-baik,” ujarnya.

Pudiyatmo yang diamini Suntoyo menyatakan, penemuan makam batu yang juga dikenal masyarakat setempat dengan Tapaan itu akan diusulkan sebagai benda cagar budaya (BCB).

”Kami akan segera melakukan penelusuran dan pengkajian lebih lanjut dengan menggandeng Balai Arkeologi Nasional (Arkenas) dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Prambanan, Yogyakarta.”

Sementara itu Director BPF Andi Setiyono berharap agar penemuan makam kuno yang merupakan jejak peradaban megalitikum itu bisa dijaga dan dilindungi. ”Ini adalah jejak peradaban megalitikum yang paling utuh yang pernah ada di Indonesia, dan ini benar-benar ada di Blora,” tegasnya didampingi Managing Director BPF Hermawan Andi Pranantya. (Rosidi-20) 
Suara Merdeka.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendiri WikiLeaks Siap Jadi Senat Australia

Bahaya Bertambah, Perubahan Iklim Sebabkan Kanker